Sabtu, 27 Desember 2014

Makalah decompensasi cordis



MAKALAH
DECOMPENSASI CORDIS

Guna Memenuhi Tugas KMB 1


Di susun oleh
Ahmad Taufik (48933181499)
Andina Sukma Putri (48933181503)



FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013/2014


BAB I
PENDAHULAN

A.    Latar Belakang
Gagal jantung atau biasa disebut  decompensasi cordis adalah suatu keadaan pathologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat  jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung terjadi  akibat penyakit atau keadaan –keadaan pathologis pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah (Noer,1996).
Penyebab yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD), hipertensi, penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark( AMI), Disretmia, Conginetal Heart Deases (penyakit jantung bawaan), bakterial endokarditis,  dan anemia. Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai  macam penyakit jantung, meskipun demikian tidak semua penyakit jantung harus disertai dengan kegagalan jantung dalam melakukan fungsinya sebagai pompa. Jantung yang lemah masih dapat memompakan darah dalam jumlah yang cukup bila penderita dalam keadaan istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila ada beban tambahan akibat kegiatan, kehamilan, demam dan lain-lain.
Faktor-faktor pencetus adalah infeksi pada paru-paru,  anemia akut atau menahun, tidak teratur minum obat jantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung yang berulang, melakukan pekerjaan berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga), stress emosional, hipertensi yang tidak terkontrol (Noer,1996).
Gagal Jantung dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung kiri terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel kiri yang menyebabkan  darah kembali ke atrium kiri kemudian ke paru-paru sehingga menaikan tekanan  kapiler paru-paru. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan koloid osmotic kapiler paru dan cairan akan bocor ke ruang intestisil, lalu ke alveoli. Hasilnya adalah terjadi hipoksia karena pertukaran  oksigen yang buruk. Ketika terjadi hipertensi jantung harus memompa darah melawan tekanan arterial yang tinggi. Keadaan tersebut  dapat berakibat terjadi hipertropi ventrikel kiri. Otot-otot yang hipertropi mempunyai daya konstraksi yang jelek dan lama kelamaan akan menyebabkan kegagalan.  Kelainan pada katub aortic yang stenosis membuat jantung harus memompa lebih kuat untuk mengirim darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini akan membuat otot jantung menjadi hipertropi dan daya kontraksinya akan jadi buruk. Demikian juga jika ada kebocoran pada katub aortic.



B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah :
1.      Mampu menjelaskan definisi dari decompensasi cordis.
2.      Mampu menjelaskan etiologi dan patofisiologi dari decompensasi cordis.
3.      Mampu mengetahui manifestasi klinik dari decompensasi cordis.
4.      Mampu menjelaskan jenis-jenis pemeriksaan penunjang untuk penyakit decompensasi cordis.
5.      Mampu membuat pengkajian, diagnosa, dan intervensi pada pasien dengan penyakit decompensasi cordis.






BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A.    Definisi
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung untuk mempertahankan peredaran darah sesuai kebutuhan.
Gagal jantung kongestif atau congetive heart failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. ( J. Charles Reeves dkk, 2001).
Gagal jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel-(disfungsi diastolik dan/atau kontraktilitas miokardikal (disfungsi sistolik). (Sudoyo Aru dkk, 2009)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan  nutrient. (Brunner and Suddarth, 2001)
B.     Etiologi
Secara umum gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi :
1.      Klasifikasi gagal jantung menurut gejala dan intensitas gejalanya :
a.       Gagal jantung akut yaitu timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau beberapa jam.
b.      Gagal jantung kronik yaitu perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.
2.      Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya :
a.       Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
b.      Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara adekuat. Gagal jantung kanan dapat juga disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonary primer.
3.      Menurut derajat sakitnya :
a.       Derajat 1 : Tanpa keluhan
Pasien masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas.
b.      Derajat 2 : Ringan
Aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang.
c.       Derajat 3 : Sedang
Aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi keluhan hilang jika aktivitas dihentikan.
d.      Derajat 4 : Berat
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan.
C.     Patofisiologis dan Pohon Masalah (Pathways)
1.      Mekanisme dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi cardiac output dan meningkatkan volume ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel) maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolic kiri (LEDV). Sehingga terjadi peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung kedalam anyaman veskuler paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotic vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan terjadilah edema paru-paru.
2.      Respon kompensatorik
a.       Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas andregenik simpatik yang dengan merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-saraf andrenegik jantung dan medula adrenal.
b.      Meningkatnya beban awal akibat aktivitas system rennin angiotensin aldosteron (RAA)
Aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel-ventrikel tegangan tersebut. Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktibilitas miokardium.
c.       Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hidrotropi miokardium akan bertambah tebalnya dinding.
d.      Efek negative dari respon kompensatorik
Pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan namun pada akhirnya menimbulkan berbagai gejala, meningkatka laju jantung dan memperburuk tingkat gagal jantung.
Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen juga meningkat, yang juga ditambah lagi adanya hipertensi miokard dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemia miokard, akhirnya dapat timbul beban miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung yang berulang.
Pathway


Kerusakan miokaridum
 
Katup inkompetent
 
Stenosis katup
 
hipertensi
 
Hipervolemia

 































D.    Manifestasi Klinik
1.      Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme kontrol pernapasan. Gejala :
Ø  Dispnea.
Ø  Orthopnea.
Ø  Paroximal nocturnal dispnea.
Ø  Batuk.
Ø  Mudah lelah.
Ø  Ronchi.
Ø  Gelisah.
Ø  Cemas.
2.      Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik. Gejala :
Ø  Oedem perifer.
Ø  Peningkatan BB.
Ø  Distensi vena jugularis.
Ø  Hepatomegali.
Ø  Asites.
Ø  Pitting edema.
Ø  Anorexia.
Ø  Mual.
Ø  Dll.
3.      Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala :
Ø  Pusing.
Ø  Kelelahan.
Ø  Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas.
Ø  Ekstermitas dingin.
4.      Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan rennin serta sekresi aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan eningkatan volume intravaskuler.

E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Radiogram dada
·        Kongesti vena paru.
·        Redistribusi vaskuler pada lobus-lobus atas paru.
·        Kardiomegali.
2.      Kimia darah
·        Hiponatremia.
·        Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung.
·        BUN dan kreatinin meningkat.
3.      Urine
·        Lebih pekat.
·        BJ meningkat.
·        Na meningkat.
4.      Fungsi hati
·        Pemanjangan masa protombin.
·        Peningkatan bilirubin dan enzim hati (SGOT dan SGPT meningkat).
F.     Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan ini bertujuan untuk :
1.      Mengurangi beban kerja jantung
·        Melalui pembatasan aktivitas fisik yang ketat tanpa menimbulkan kelemahan otot-otot rangka.
2.      Mengurangi beban awal
·        Pembatasan garam.
·        Pemberian diuretik oral.
3.      Meningkatkan kontraktilitas
·        Dengan pemberian obat inotropik.
4.      Mengurangi beban akhir
Pemberian vasodilator seperti hidralazine dan nitrat yang menimbulkan dilatasi anyaman vaskuler melalui 2 cara :
·        Dilatasi langsung otot polos pembuluh darah.
·        Menghambat enzim konversi angiotensin.
Selain hal-hal diatas penatalaksanaan juga dapat dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk :
·        Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress.
·        Jika mengalami obesitas, turunkan berat badan hingga kisaran normal.
·        Menghentikan aktivitas dan istirahat selama ada serangan.
·        Menjalani diit sesuai anjuran dokter.
·        Olahraga secara teratur.
                                   



BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Data dasar pengkajian fisik:
1.      Aktivitas/istirahat
Gejala :
·        Keletihan, kelelahan terus sepanjang hari.
·        Insomnia.
·        Nyeri dada dengan aktivitas.
·        Dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda :
·        Geilsah, perubahan status mental: letargi, TTV berubah pada aktivitas.
2.      Sirkulasi
Gejala:
·        Riwayat hipertensi, MCI episode gagal jantung karena sebelumnya.
·        Penyakit katub jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak tangan, abdomen, sabuk terlalu kuat (pada gagal jantung kanan).
Tanda :
·        TD mungkin menurun (gagal pemompaan), normal GJK ringan/ kronis atau tinggi (kelebihan volume cairan/ peningkatan TD).
·        Tekanan nadi menunjukkan peningkatan volume sekuncup.
·        Frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri).
·        Irama jantung : sistemik, misalnya : fibrasi atrium, kontraksi ventrikel prematur / takikardi blok jantung.
·        Nadi apikal disritmia, misal : PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior kiri.
·        Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin lemah.
·        Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau insufisiensi.
Nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis abdominal terlihat.
·        Warna kulit : kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik.
·        Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
·        Hepar : pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis.
·        Bunyi napas : krekels, ronchi.
·        Edema : mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas.
·        DVJ.
3.      Integritas ego
Gejala :
·        Ansietas, khawatir, takut.
·        Stres yang berhubungan dengan penyakit/ finansial.
Tanda :
·        Berbagai manifestasi perilaku, misal : ansietas, marah, ketakutan.
4.      Eliminasi
Gejala :
·        Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkamih malam hari (nokturia), diare/ konstipasi.
5.      Makanan/cairan
Gejala :
·        Kehilangan nafsu makan.
·        Mual/ muntah.
·        Penambahan BB signifikan.
·        Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
·        Pakaian/ sepatu terasa sesak.
·        Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak gula dan kafein.
·        Penggunaan diuretik.
Tanda :
·        Penambahan BB cepat.
·        Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau pitting).

6.      Hygiene
Gejala :
·        Keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda :
·        Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7.      Neurosensori
Gejala :
·        Kelemahan, peningkatan episode pingsan.
Tanda :
·        Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.
8.      Nyeri/kenyamanan
Gejala :
·        Nyeri dada, angina akut atau kronis.
·        Nyeri abdomen kanan atas.
Tanda :
·        Tidak tenang, gelisah.
·        Fokus menyempit (menarik diri).
·        Perilaku melindungi diri.
9.      Pernapasan
Gejala :
·        Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
·        Batuk dengan/ tanpa sputum.
·        Riwayat penyakit paru kronis.
·        Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi.
Tanda :
·        Pernapasan takipnea, napas dangkal, pernapasan laboral, penggunaan otot aksesori.
·        Pernapasan nasal faring.
·        Betuk kering/ nyaring /non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa sputum.
·        Sputum : mungkin bercampur darah, merah muda/ berbuih, edema pulmonal.
·        Bunyi napas : mungkin tidak terdengar dengan krakels banner dan mengi.
·        Fungsi mental : mungkin menurun, letrgik, kegelisahan, warna kulit pucat/sianosis.
10.  Pemeriksaan penunjang
a.       Radiogram dada
·        Kongesti vena paru.
·        Redistribusi vaskular pada lobus-lobus atas paru.
·        Kardiomegali.
b.      Kimia darah
·        Hiponatremia.
·        Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung.
·        Bun dan kreatinin meningkat.
c.       Urine
·        Lebih pekat.
·        BJ meningkat.
·        Na meningkat.
d.      Fungsi hati
·        Pemanjangan masa protombrin.
·        Peningkatan bilirubin dan enzim hati (SGOT dan SGPT meningkat).
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas mocard, perubahan struktural, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik.
2.      Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
3.      Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.
4.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi gromelurus/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air.
5.      Gangguan perfusi  jaringan perifer berhubungan dengan statis vena.
6.      Kecemasan berhubungan dengan kesulitan napas dan kegelisahan akibat oksigenasi yang tidak adekuat.
7.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
8.      Resiko kurang pengetahuan mengenai program perawatan berhubungan dengan tidak bisa menrima perubahan gaya hidup baru yang dianjurkan.
9.      Bersihan jalan napas tidak efeksif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret tertahan, sekret kental, peningkatan energi dan kelemahan.
3.      Intervensi keperawatan
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miocard, perubahan struktural, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik.
·        Tujuan :
Ø  Diharapkan curah jantung kembali adekuat.
·        KH :
Ø  TTV dalam batas normal.
Ø  Ortopnea tidak ada.
Ø  Nyeri dada tidak ada.
Ø  Terjadi penurunan episode dispnea.
Ø  Hemodinamik DBN.
·        Intervensi :
Mandiri :
1.      Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi dan irama jantung.
2.      Catat bunyi jantung.
3.      Palpasi nadi perifier.
4.      Pantau tekanan darah.
5.      Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
6.      Kaji perubahan sensasi (letargi, bingung, orientasi cemas).
7.      Berikan istirahat psikologis dan lingkungan yang tenang, bantu pasien mengatsi stres.
8.      Berikan istirahat semi fowler pada tempat tidur / kursi.
9.      Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut.
Kolaborasi :
1.      Berikan oksigen sesuai indikasi.
2.      Berikan obat sesuai indikasi :
§  Vasodilator nitat, digoxin (lanoxin).
§  Catopril.
§  Pantau EKG dan perubahan foto dada.
§  Pantau pemeriksaan lab BUN, kreatinin.
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
·        Tujuan :
§  diharapkan klien dapat beraktivitas dengan bantual minimal atau peningkatan toleransi aktivitas.
·        KH :
§  Menurunnya kelemahan dan kelelahan.
§  Hb meningkat.
§  Diaporesis berkuran / tidak ada.
§  TTV DBN.
·        Intervensi
Mandiri :
1.      Periksa TTV sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, diuretik.
2.      Catat respon kardio pulmonal terhadap aktivitas, catat takikardia, disritmia, dispnea, pucat.
3.      Kaji penyebab kelemahan, contoh pengobatan nyeri otot.
4.      Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
Kolaborasi :
1.      Implementasi program rehabilitas jantung aktivitas.
2.      Diet yang sesuai.



DAFTAR PUSTAKA
1.      NANDA Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014.Jakarta: ECG
2.      Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: ECG
3.      Nurarif,Amin Huda dan Hardi Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Jilid 1.Yogyakarta:Medaction
4.      Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri.2013.Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar